Tugas 1
MENGAPA KITA
MASIH HARUS MEMPELAJARI BAHASA INDONESIA?
oleh: Ahmad Salmun (Rabu, 22
Februari 2012 Pkl. 08:27)
BAHASA merupakan sebuah alat komunikasi seseorang dengan orang lain
sehingga membentuk sebuah interaksi yang melahirkan pemahaman antara keduanya.
Bahasa juga dapat diibaratkan dengan sebuah remote control yang dapat menyetel manusia tertawa, sedih, menangis, lunglai,
semangat dan sebagainya. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan
gagasan-gagasan ke dalam pikiran manusia.
Wikipedia : “ Bahasa adalah
penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan
aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti.”
Dari sudut pandang linguistik, bahasa
Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang
dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan
Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami
perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi
kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan
"Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila
nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya
Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau
maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan
maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :
1. Bahasa resmi kenegaraan yang
kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
2. Bahasa pengantar resmi di
dalam dunia pendidikan.
3. Alat penghubung resmi pada
tingkat nasional.
Ada beberapa alasan, mengapa kita
harus belajar bahasa Indonesia :
A. Bahasa menunjukkan bangsa
Sebuah ungkapan atau sebuah pepatah
yang memakai 2 unsur atau kata pokok yaitu bahasa dan bangsa. Dari dua unsur
dapat disimpulkan 3 arti yaitu :
1. Tabiat seseorang dapat dilihat
dari cara bertutur katanya.
2. Kesopansantunan seseorang
menunjukkan asal keluarganya
3. Bahasa yang sempurna menunjukkan
peradab an yang tinggi dari bangsa
pemilik bahasa tersebut.
B. Ilmu Pengetahuan
Berbahasa baik dan benar sangatlah
penting. Maka, bahasa Indonesia diajarkan agar kita mampu berbahasa dengan baik
dan benar. Selain itu, banyak hal yang kita dapatkan dengan mempelajari bahasa
Indonesia.
Selain itu, untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang lain, itu kita harus belajar bahasa Indonesia sebab disiplin
ilmu pengetahuan di ajarkan kebanyakan dalam bahasa Indonesia. Sekalipun
berasal dari luar negeri, tetapi terkadang sudah diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia.
Kalaulah dulu kita belajar dari
orang lain, kini giliran kita untuk mengajarkan kepada orang lain. Yang menjadi
pertanyaannnya, mampukah kita mengajarkan bahasa Indonesia khususnya dan/atau
ilmu pengetahuan lainnya umumnya jika kemampuan berbahasa kita sangat kurang
ataupun kurang baik.
Sebenarnya kita tidak dituntut
untuk 100% menguasai penggunaan EYD, tetapi kita dituntut untuk berlatih
terus-menerus agar mampu berbahasa Indonesia baik dan benar.
C. Ingin menjadi orang berhasil, perlukah
belajar bahasa Indonesia ?
Untuk menjadi orang berhasil, baik itu
menjadi professor, ilmuwan, kepala pemerintahan, menteri, wakil rakyat,
Gubernur, Bupati, menajer perusahaan, dan lain sebagainya, maka di tuntut untuk
bisa berkomunikasi baik itu lisan maupun tulisan. Karenanya, sangatlah penting
apabila kita mampu berkomunikasi dengan baik dan menggunakan bahasa yang benar.
D. Mempelajari bahasa negeri sendiri lebih
penting daripada mempelajari bahasa negeri lain.
Sangatlah mengherankan jikalau kita
lebih menguasai bahasa asing ketimbang bahasa negeri sendiri.
Maka dari itu pondasi awal
untuk mempelajari bahasa asing adalah mempelajari dulu struktur bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Masih banyak sekali alasan yang
terkait dengan pentingnya mempelajari bahasa Indonesia. Yang terpenting adalah
kita mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mampu mempertahankan
dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi bangsa Indonesia.
Dikutip kebanyakan dari :
Tugas 2
HAL YANG
MENYENANGKAN DAN TIDAK MENYENANGKAN MENGENAI BAHASA INDOESIA
oleh: Ahmad Salmun (Senin, 05
Maret 2012 Pkl. 19:39)
Belajar bahasa Indonesia tentunya sangat
bermanfaat bagi Kita selaku bangsa Indonesia khususnya. Namun ternyata ada
beberapa prihal mengenai pembelajaran bahasa Indonesia baik yang
menyenangkan maupun tidak menyanangkan. Beberapa hal yang menyenangkan ketika
mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu diantaranya saya dapat
memperbaiki sturuktur bahasa yang selama ini saya pergunakan. Karena ternyata
masih begitu banyak hal-hal yang harus saya perbaiki dalam berbahasa Indonesia
saya.
Dibalik hal yang saya rasa menyenangkan,
ada beberapa hal yang sedikit tidak sesuai dengan perasaan saya ketika belajar
mata kuliah bahasa Indonesia. Yakni kurangnya ke-efektif-an dan ke-kondusif-an
kelas. Selain itu, segi penyampaian mata kuliah juga masih sedikit membingungkan
bagi saya pribadi.
Terimakasih.
Tugas 3
MANFAAT MEMBACA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
oleh: Ahmad
Salmun (Senin, 02 April 2012 Pkl. 23:50)
PENDAHULUAN
Buku adalah
jendela dunia, dan membaca adalah kuncinya. Begiutlah pribahasa yang kerap kali
kita dengar terkait motivasi mengenai mebaca. Kita hanya akan bisa membuka
jendela dengan kuncinya, begitu halnya dengan jendela dunia, hanya dapat kita
buka dengan kuncinya yakni melalui aktivitas membaca. Dengan membaca
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman Kita akan bertambah bahkan melebihi usia
Kita.
Jika membaca
adalah proses membuka jendela dunia, melihat wawasan yang ada, dan
menjadikannya sebagai khazanah pribadi, maka menulis adalah proses menyajikan
kembali khazanah tersebut kepada masyarakat luas. Kita bisa menggabungkan
sebuah khazanah baru dengan khazanah yang sudah dimiliki sebelumnya.
TELAAH
PUSTAKA
1.
Membaca
Hudgson
dalam bukunya Learning Language (1960:43-44) memberikan batasan bahwa membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/
bahasa tulis.
Finochiaro
dan Bonomo (1973:119) menjabarkan bahwa membaca merupakan proses memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is
bringing meaning to and gettinng meaning from printed or written material).
Lain halnya
dengan pandangan Anderson (1972:209) - dari segi linguistik - yang menjelaskan
bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi,
berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian
(encoding).
Goodman
(1967: 127) mengatakan ketika seseorang membaca bukan hanya sekedar menuntut
kemampuan mengambil dan memetik makna dari materi yang tercetak melainkan juga
menuntut kemampuan munyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna.
Karenanya,
untuk meningkatkan kemampuan membaca, Jim M. Allen mencoba berbagi kiat
meningkatkan kemampuan membaca seperti,
1.
Bukan suatu hal yang penting kita
menjadi pembaca yang cepat untuk mendapatkan manfaat.
Kecepatan
sebenarnya tidaklah terlalu penting. Akan tetapi yang penting adalah memperoleh
manfaat yang kita inginkan dan kehendaki dari membaca buku, makalah, majalah,
atau sumber lainnya. Bahwasanya tabiat dan judul buku mengharuskan kita membaca
cepat sehingga kita memperoleh manfaat yang banyak. Buku-buku yang berisi
kumpulan makalah misalnya. Buku yang berbentuk e-book dibeberapa situs internet
memungkinkan untuk dibaca cepat. Adapun ketika kita mengambil salah satu buku
fiqih tertentu atau buku yang memerlukan pemikiran yang mendalam, maka tabiat
buku memaksa kita untuk membaca dengan lambat, atau kecepatan sedang sehingga
kita memahami apa yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, kecepatan membaca
bertingkat-tingkat sesuai dengan tabiat buku dan judulnya. Dan haruslah kita
ingat bahwa yang penting adalah memperoleh manfaat, bukan menyelesaikannya
dengan kecepatan tinggi.
2. Ketahuilah: Mengapa kita membaca?
Kita wajib
mengetahui tujuan sebelum membaca. Dan yang menjadi landasannya adalah dengan
memilih buku-buku yang kita baca dengan pemahaman dan pengetahuan. Apakah kita
membaca untuk hiburan dan kesenangan? Ataukah kita
membaca
untuk belajar yang berkelanjutan yang meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan kemampuan
kita, pkitangan hidup, hikmah atas sesuatu, pembangunan dan pembentukan
kepribadian kita yang terdidik , kepemimpinan dan pemikiran sehingga kita bisa
menjadi orang yang berpengaruh di lingkungan dan masyarakat sekitar kita?
3. Kita tidak perlu membaca segala
hal.
Setiap buku,
majalah, atau sumber lainnya tidaklah perlu dibaca secara lengkap. Umumnya
majalah, sebenarnya tidak mengandung sesuatu yang dapat memberi manfaat. Untuk
itu, hal yang penting adalah kita putuskan apa yang dibaca, dan waktu yang akan
dihabiskan dalam membaca. Pilihlah buku yang sesuai dengan keahlian,
kepentingan, dan bidang kita yang ingin kita tonjolkan.
4. Bukan hal yang penting kita
membaca buku atau segala sesuatu yang ada di tangan kita.
Apakah kita
membaca setiap tulisan di buku yang ada di hadapan kita? Dan apakah kita
membaca setiap bagian dan bab dalam buku? Yang penting dalam masalah ini, jika
kita mengikuti metode “membaca segala sesuatu”, kadang kita membaca bab-bab
atau tulisan yang banyak dimana sebenarnya tidak diperlukan untuk dibaca.
Pilihlah bagian yang penting saja dari buku, yang menarik perhatian kita, dan
yang sesuai dengan keterangan dan manfaat yang kita cari. Dan jadilah orang
yang bisa memilih dalam membaca.
5. Ujilah kondisi jiwa dan pembawaan
kita sebelum memulai membaca.
Kondisi jiwa
dan pembawaan sangat penting sebelum memulai membaca di waktu-waktu tertentu.
Ketika kondisi jiwa sedang jernih, tidak jenuh, maka kita dapat membaca
buku-buku berbobot yang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Jika kita merasa
jenuh dan lelah maka pilihlah buku-buku yang mudah dan ringan yang sesuai
dimana tidak membutuhkan keseriusan dalam membaca.
6. Buat skala prioritas dalam
membaca.
Jadikan
kegiatan membaca kita sesuai dengan skala prioritas. Jika kita berniat mengarang
sebuah buku, karya ilmiah, makalah, maka bacaan kita harus sesuai dengan judul
yang kita niatkan. Yang demikian ini –dari fakta penelitian dan pengalaman
kebanyakan orang- dapat mendorong kita untuk meneruskan membaca dan itu
merupakan faktor pendorong yang paling penting dalam membaca.
7. Perbaiki, atur, dan siapkan
tempat kita membaca.
Kita akan
membaca dan memahami dengan sebaik-baik keadaan, apabila tempat kita membaca
teratur dan siap dengan keadaan yang dapat membantukita membaca. Kenyamanan kita
ketika duduk merupakan faktor penting untuk meneruskan membaca.
8. Jika kita telah memulai membaca
jangan berhenti.
Jangan
berhenti membaca, kecuali ada sebab darurat dan terpaksa harus berhenti. Jika
kita telah selesai membaca dan kita memiliki beberapa pertanyaan, ulangi sekali
lagi secara detail untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
terlintas dalam benak kita atau mencari jawaban di buku-buku lain. Jika kita
tidak memiliki pertanyaan, maka sebenarnya kita telah mendapatkan apa yang kita
perlukan. Pertanyaan merupakan pintu kebaikan yang besar bagi siapa saja yang
menginginkan perkembangan yang terus-menerus pada kepribadian, pembentukan pola
pikir dan jiwa kepepimpinannya.
9. Konsentrasilah!
Ingatlah
dengan baik, bahwa kita sedang membaca dan kita memiliki tujuan dari membaca.
Untuk itu kita harus berkonsentrasi dalam materi yang dibaca. Jika kita
kehilangan konsentrasi dan perhatian setelah membaca, maka istirahatlah sejenak
atau kita bisa membaca buku lain.
10. Bertahaplah dan biasakan.
Sesungguhnya
seorang pembaca besar tidak dilahirkan di antara siang dan malam dan mereka
melihat diri mereka sebagai seorang pembaca yang besar. Tetapi mereka kerja
keras dan mencari sebab belajar dari kesalahan mereka baik dalam memilih buku
atau metode membaca. Memahami dan mengerti pelajaran dari sela-sela penelitian,
pengalaman dan kebiasaan.
B. Menulis
M. Atar Semi
(2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses
kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang- lambang tulisan. Senada dengan
itu, Burhan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas
aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.
Sedangkan
menurut Mc. Crimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141) mengungkapkan bahwan
menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek,
memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga
pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. St. Y. Slamet (2008: 72)
sendiri mengemukakan pendapatnya tentang menulis yaitu kegiatan yang memerlukan
kemampuan yang bersifat kompleks.
C. Manfaat
Membaca dalam Menulis Karya Ilmiah
Segala
sesuatu pastilah mempunyai manfaat, pun dengan membaca. Sebelum membahas lebih
jauh mengenai manfaat membaca dalam menulis karya ilmiah, alangkah lebih baik
kita mengenal manfaat membaca itu sendiri.
Dr. Aidh bin
Abdullah al-Qarni, dalam bukunya, “La Tahzan” mengungkapkan tentang banyaknya
manfaat membaca, yaitu diantaranya sebagai berikut :
·
Membaca
menghilangkan kecemasan dan kegundahan.
·
Ketika sibuk
membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan.
·
Kebiasaan
membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang
malas dan tidak mau bekerja.
·
Dengan
sering membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur
kata.
·
Membaca
membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.
·
Membaca
meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
·
Dengan
membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang
bijaksana dan pemahaman para sarjana.
·
Dengan
sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya; baik untuk mendapat dan
memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan
aplikasinya dalam hidup.
·
Membaca membantu
seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan
waktunya agar tidak sia-sia.
·
Dengan
sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe
dan model kalimat; lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk
menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi
baris” (memahami apa yang tersirat).
Riset dengan
jelas menunjukkan bahwa kita belajar menulis dengan membaca. Untuk lebih
tepatnya, kita memperoleh gaya tulisan, bahasa khusus penulisan, semuanya
dengan membaca.
Hunting
(1967) memaparkan riset untuk disertasi (tidak dipublikasikan) yang menunjukkan
bahwa “kuantitas tulisan tidak berkaitan dengan kualitas tulisan.” Banyak
sekali kajian yang menunjukkan bahwa meningkatnya kuantitas tulisan tidak
mempengaruhi kualitas tulisan.
Dapat
disimpulkan bahwa gaya tulisan berasal dari membaca bukan dari menulis, sejalan
dengan yang diketahui mengenai kemahiran berbahasa: kemahiran berbahasa
diperoleh melalui masukan (input) bukan melalui keluaran (output), dari
pemahaman bukan hasil.
Muhammad
Noer (2011) memaparkan, “Jika selama ini Kita kesulitan menulis dan selalu
berhenti pada kalimat atau paragraf pertama, bisa jadi penyebabnya karena
terlalu sedikit stok informasi yang Kita miliki.” Simpulnya, kita harus
menambah stok informasi tersebut – melalui membaca - agar proses menulis
menjadi lancar.
Lebih
lanjut, Noer memaparkan, Begitu besar manfaat membaca untuk mengasah
keterampilan menulis, diantaranya:
Membaca memperluas wawasan.
Membaca membantu melihat sudut pandang yang berbeda.
Membaca membantu Kita belajar teknik menulis yang
dipakai oleh
orang yang
lebih berpengalaman.
Membaca membuat ide Kita melimpah.
Membaca menjadikan otak dan pikiran Kita aktif.
Membaca merangsang terbentuknya informasi baru di
sistem daya ingat
yang siap
dipanggil kapan saja.
Membaca membuat jalan pikiran Kita menjadi lebih
lentur.
Membaca memperkaya kosa kata, pilihan kalimat, dan
cara penyajian
yang bisa
Kita pakai dalam menulis.
Membaca membuat Kita mampu menganalisa,
menghubungkan
informasi
yang terserak, dan melihat benang merah dari sebuah
persoalan.
Membaca membuat Kita mempunyai bahan yang banyak
untuk
menuliskannya
kembali.
Dapat
disimpulkan bahwa begitu sangat erat kaitannya antara kemampuan membaca dan kemampuan
menulis. Keduanya mempunyai hubungan komplementer.
DAFTAR
PUSTAKA
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/11/pengertian-menulis.html
[30 Maret 2012]
http://duniabaca.com/pengertian-menulis-menurut-para-ahli.html
[30 Maret 2012]
http://pelitaku.sabda.org/menulis_membutuhkan_membaca_dan_membaca_membutuhkan_menulis
[29 Maret 2012]
http://www.direktori-islam.com/2009/07/10-langkah-meningkatkan-kemampuan-membaca/
http://www.remajaislam.com
Kurniawan, Wawan. (2012). Mahasiswa,
Menulis, dan Resiliensi. [online]. Tersedia:
http://makassar.tribunnews.com/2012/03/04/mahasiswa-menulis-dan-resiliensi [02
April 2012]
Malyno, Jufry. (2012). Hakikat
dan Pengertian Membaca. [online]. Tersedia:
http://juprimalino.blogspot.com/2011/11/hakikat-dan-pengertian-membaca.html.
[30 Maret 2012]
Noer, Muhammad. (2011). Gemar
Membaca, Terampil Menulis. [online]. Tersedia:
http://www.muhammadnoer.com/2011/11/gemar-membaca-terampil-menulis/. [29 Maret
2012]
Tugas 4
KESADARAN
BERBAHASA
oleh: Ahmad Salmun (Selasa, 10
April 2012 Pkl. 05:12)
Rangkuman
Kesadaran berbahasa
adalah sikap seseorang baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
bertanggung jawab sehingga menimbulkan rasa memiliki suatu bahasa dan dengan
demikian, ia berkemauan untuk membina dan mengembangkan bahasa itu.
Tanggung jawab
berbahasa mengandung unsur keselamatan pembicara dan pemakai bahasa. Tanggung
jawab pemakai bahasa bukan saja terbatas pada pemilihan kata dan kalimat yang
baik, melainkan juga bagaimana caranya mengucapkan kata dan kalimat itu.
Karena bahasa adalah
penjelmaan yang unik dari suatu kebudayaan, maka bahasa dipengaruhi oleh
pemakai bahasa yang pada dasarnya unik pula.
Tanggung jawab adalah
juga manifestasi dari sikap, dalam hal ini sikap positif. Sehubungan dengan
itu, sikap terhadap bahasa dan berbahasa dapat dilihat dari dua segi,
yakni segi positif dan sikap negatif. Siakp terhadap bahasa ditekankan
pada segi tanggung jawab dan penghargaan terhadap bahasa. Sedangkan sikap
berbahasa ditekankan pada diri sendiri dalam menggunakan bahasa secara tertib.
Sikap positif terhadap
bahasa dan berbahasa menghasilkan perasaan memiliki bahasa. Dengan kesadaran
bahasa, diharapkan timbul rasa memiliki bahasa. Untuk menanamkan rasa memiliki
bahasa, orang harus bertitik tolak dari anggapan bahwa bahasa adalah miliknya
pribadi.
Jika seseorang telah
hati-hati berbicara atau menulis, sehingga bahasanya terpelihara, tidak ada
kesalahan dilihat dari segi kaidah bahasa, maka keadaan ini telah menandakan
bahwa dia telah berpartisipasi dalam pembinaan bahasa.
Tugas 5
BAHASA
INDONESIA: LATIHAN 1
oleh: Ahmad Salmun (Rabu, 11
April 2012 Pkl. 02:59)
BAGIAN A
Petunjuk
1. Kerjakanlah soal
berikut dengan cara menghitamkan huruf B jika pernyataan yang terdapat
dalam soal Anda anggap benar dan hitamkan S jika salah. Contoh jika jawaban betul: ( B-S).
2. Jawaban Anda ditulis langsung pada
lembar soal ini.
SOAL
1. Tujuan utama perkuliahan Bahasa Indonesia adalah untuk
menumbuhkembangkanketerampilan berbahasa mahasiswa, baik lisan atau pun
tulisan (B -S ).
2. Salah satu upaya menumbuhkembangkan
keterampilan berbahasa mahasiswa adalah dengan menumbuhkan kesadaran
berbahasa Indonesianya terlebih dahulu ( B-S ).
3. Kesadaran
berbahasa seseorang tidak
dapat dilihat dari tanggung jawab dan sikapnya terhadap bahasa Indonesia ( B-S ).
4. Mahasiswa
Program Studi Matematika tidak perlu memiliki kesadaran
berbahasaIndonesia sebab mereka tidak akan menjadi guru bahasa
Indonesia (B-S).
5. Membiasakan
diri berbahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia terutama di dalam forum forum resmi, merupakan wujud tanggung jawab seseorang
terhadap bahasanya ( B – S ).
6. Menurut
Mansoer Pateda, tanggung jawab terhadap bahasa dan berbahasa dapat diwujudkan hanya dalam bentuk partisipasi formal ( B – S ).
7. Pengguna
bahasa yang berpartisipasi secara formal, biasanya dengan kesadaran sendiri berusaha untuk menjadi peserta aktif dalam setiap kegiatan
kebahasaan (B-S).
8. Mahasiswa
Program Studi Matematika idealnya berpartisipasi dalam kegiatan pembinaan bahasa, minimal dalam bentuk partisipasi formal (B-S).
9. Salah satu
contoh partisipasi formal yang dapat dan patut dilakukan mahasiswa
Program Studi Matematika adalah berupaya untuk selalu berhati-hati dalam
berbahasa sehingga bahasa yang digunakannya senantiasa
tertib dan terpelihara ( B – S ).
10. Mampu menghafal kaidah
bahasa Indonesia dengan baik tanpa berlatih mengimplementasikannya belum menjamin seseorang akan menjadi
pengguna bahasa yang baik (B-S).
11. Mahasiswa Program Studi
Matematika yang sudah berusaha untuk berbahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia dalam
forum-forum resmi, merupakan pertanda bahwa dia sudah memiliki kesadaran berbahasa (B-S).
12. Kalimat efektif biasanya
tidak komunikatif (B-S).
13. Kalimat yang ambigu termasuk
salah satu contoh kalimat efektif ( B-S ).
14. Kalimat ambigu adalah
kalimat yang tidak memiliki struktur yang lengkap ( B-S ).
15. Penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dapat dilihat antara lain dari keefektifan kalimat serta ketepatan diksi dan ejaannya (B-S).
BAGIAN B
Ada pernyataan
yang berbunyi, “Maju mundurnya suatu bahasa sangat ditentukan oleh kesadaran berbahasa pemakai
bahasa itu sendiri”.
1. Setujukah Anda
dengan pandangan tersebut? Apa alasannya? Tulislah argumentasi Anda terkait inidalam satu paragraf.
Setuju,
Kesadaran berbahasa meimbulkan sikap
bagaimana ia bertingkah laku dalam menggunakan bahasanya. Sikap itu diwaranai
oleh sikap menghormati, bertanggung jawab, dan ikut memiliki bahasa itu.
Tanggung jawab terhadap bahasa dan berbahasa sangatlah diperlukan untuk
menghindari salah pengertian. Selain itu, karena bahasa adalah penjelmaan yang
unik dari suatu kebudayaan yang unik, maka bahasa dipengaruhi oleh pemakai
bahasa yang pada dasarnya unik pula.
2. Tulislah minimal lima ciri
orang yang memiliki Kesadaran Berbahasa. Uraikan masing masingnya dengan
singkat.
· Selalu berhati-hati dalam
menggunakan bahasa
· Tanggung jawab terhadap bahasa
dan berbahasa
· Rasa ikut memilki bahasa
· Sikap terhadap bahasa dan
berbahasa
· Berkemauan membina
dan mengembangkan bahasa
3. Sudahkah Anda memiliki kelima
ciri tersebut? Jelaskanlah dengan argumentasi yang bernalar.
Secara pribadi, saya belum memiliki kelima
ciri diatas. Terlintas dari kebiasaan berbahasa sehari-hari yang digunakan.
4. Upaya apakah yang sebaiknya
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Anda? Jelaskanlah.
· Mencari dan/atau bertanya
kepada yang lebih ahli terkait bahasa dan berbahasa.
· Membiasakan diri untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
· Mewacana sumber-sumber
nonfiksi.