S
|
etiap
pahlawan Islam selalu bercita-cita untuk menjadi orang yang dimaksud Rasulullah
SAW dalam haditsnya sebagai panglima yang terbaik dan tentaranya tentara yang
terbaik dan membebaskan Konstantinopel agar terbebas dari kekuasaan Romawi.
Sudah sejak Rasulullah SAW masih hidup, beliau sudah
berupaya menjadikan penguasa di Konstatinopel menjadi muslim. Selembar surat
ajakan masuk Islam dari nabi SAW telah diterima Kaisar Heraklius di kota ini.
Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraklius raja Romawi. Bismillahirrahmanirrahim,
salamun ‘ala manittaba’al-huda, Amma ba’du, Sesungguhnya Aku mengajak anda
untuk memeluk agama Islam. Masuk Islam lah Anda akan selamat dan Allah akan
memberikan Anda dua pahala. Tapi kalau Anda menolak, Anda harus menanggung dosa
orang-orang Aritsiyyin.”
Dikabarkan bahwa saat menerima surat ajakan masuk Islam itu,
Kaisar Heraklius cukup menghormati dan membalas dengan mengirim hadiah
penghormatan. Namun dia mengakui bahwa dirinya belum siap untuk memeluk Islam.
Dimasa shahabat, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Umar
radhiyallahu ‘anhu, Khalid bin Walid dikirim sebagai panglima perang menghadapi
pasukan Romawi. Khalid memang mampu membebaskan sebagian wilayah Romawi dan
menguasai Damaskus serta Palestina (Al-Quds). Tapi tetap saja ibukota Romawi
Timur saat itu, Konstantinopel, masih belum tersentuh.
Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, pahlawan yang merebut Al-Quds
sekalipun, ternyata masih belum mampu membebaskan Konstantinopel. Padahal
beliau pernah mengalahkan serangan tentara gabungan dari Eropa pimpinan Richard
The Lion Heart dalam perang Salib. Ternyata membebaskan kota warisan Kaisar
Heraklius bukan perkara sederhana. Dibutuhkan kecerdasan, keuletan dan
tentunya, kekuatan yang mumpuni untuk pekerjaan sebesar itu.
Dan ternyata Sultan Muhammad Al-Fatih orangnya. Beliau
adalah sosok yang telah ditunggu umat Islam sepanjang sejarah menunggu-nunggu
realisasi hadits syarif Muhammad SAW.
Tidak
mudah memang untuk membebaskan Istanbul yang sebelumnya bernama Konstantinopel
ini. Kotanya cukup unik, karena berada di dua benua, Asia dan Eropa. Di tengah
kota ada selat Bosporus yang membentang, ditambah benteng-benteng yang cukup
merata.
Tetapi Sultan Muhammad Al-Fatih tidak pernah menyerah.
Sejarah mencatat beliau telah memerintahkan para ahli dan insinyurnya untuk
membuat sebuah senjata terdahsyat, yaitu sebuah meriam raksasa. Suaranya saja
mampu menggetarkan nyali lawan dan berpeluru logam baja. Meriam ini mampu
menembak dari jarak jauh serta meluluh-lantakkan benteng Bosporus.
|
Inilah barangkali meriam terbesar yang pernah dibuat
manusia. Sebelumnya dari sejarah para penakluk, belum pernah ada tentara
manapun yang punya meriam raksasa sebesar ini.
Pribadi
Shalih
Dari sisi keshalihannya, Muhammad Al-Fatih disebutkan tidak
pernah meninggalkan tahajud dan shalat rawatib sejak baligh hingga saat wafat.
Dan kedekatannya kepada Allah SWT ditularkan kepada tentaranya. Tentara Sultan
Muhammad Al-Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh. Dan
separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajud sejak baligh.
Itulah barangkali kunci utama keberhasilan beliau dan
tentaranya dalam menaklukkan kota yang dijanjikan nabi SAW. Rupanya kekuatan
beliau bukan terletak pada kekuatan pisik, tapi dari sisi kedekatan kepada
Allah, nyata bahwa beliau dan tentaranya sangat menjaga hubungan kedekatan,
lewat shalat wajib, tahajjud dan sunnah rawatib lainnya
Menerima
Jabatan Khalifah Sejak Belia
Usia
beliau masih sangat muda, boleh dibilang masih kanak-kanak tatkala ayahandanya,
Sultan Murad II, pensiun dini dari mengurus khilafah. Sang Ayah berniat untuk
beruzlah di tempat yang sepi dari keramaian politik. Roda kepemimpinan
diserahkan kepada puteranya, Muhammad, yang sebenarnya saat itu masih belum
cukup umur. Mengingat saat itu wilayah Islam sudah membentang luas dari Maroko
sampai Marouke.
Namun kebeliaannya tidak membuat prestasinya berkurang.
Justru sejarah mencatat bahwa di masa kepemimpinan beliau, silsilah khilafah
Bani Utsmani mencapai kejayaan terbesarnya, yaitu menaklukkan benua Eropa
sebagaimana yang dijanjikan sebelumnya oleh Rasulullah SAW.
Kecakapan Muhammad cukup masuk akal, mengingat sejak kecil
beliau telah mendapatkan berbagai macam pembinaan diri dan pendalaman ilmu-ilmu
agama. Sang Ayah memang secara khusus meminta kepada para ulama untuk
mendidiknya, karena nantinya akan menjadi khalifah tertinggi. Mulai dari bahasa
Arab, tafsir, hadits, fiqih sampai ke ilmu sistem pengaturan negara, telah
beliau lahap sejak usia diri. Bahkan termasuk ilmu strategi perang dan militer
adalah makanan sehari-hari.
Siapa Yang Jadi Khalifah?
Sultan Murad II berhenti dari jabatannya di tengah begitu
banyak problem, baik internal maupun eksternal. Sementara khilafah sedang
menghadapi serangan bertubi-tubi dari tentara kerajaan Romawi Timur.
Sebagai
khalifah yang masih sangat belia, Muhammad Al-Fatih kemudian berinisiatif untuk
mengirim utusan kepada ayahandanya dengan membawa pesan. Isinya cukup unik
untuk mengajak sang ayahanda tidak berdiam diri menghadapi masalah negara.
“Siapakah yang saat ini menjadi khalifah: saya atau ayah?
Kalau saya yang menjadi khalifah, maka sebagai khalifah, saya perintahkan
ayahanda untuk datang kemari ikut membela negara. Tapi kalau ayahanda yang
menjadi khalifah, maka seharusnya seorang khalifah berada di tengah rakyatnya
dalam situasi seperti ini”
Sang Penakluk atau Sang Pembebas?
Karena prestasinya menaklukkan Konstantinopel, Muhammad
kemudian mendapat gelar “Al-Fatih”. Artinya sang pembebas. Barangkali karena
para pelaku sejarah sebelumnya tidak pernah berhasil melakukannya, meski telah
dijanjikan nabi SAW.
Namun
orang barat menyebutkan The Conqueror, Sang Penakluk. Ada kesan bila
menggunakan kata “Sang Penakluk” bahwa beliau seolah-olah penguasa yang keras
dan kejam. Padahal gelar yang sebenarnya dalam bahasa arab adalah Al-Fatih.
Berasal dari kata: fataha - yaftahu. Artinya membuka atau membebaskan. Kata ini
terkesan lebih santun dan lebih beradab. Karena pada hakikatnya, yang beliau
lakukan bukan sekedar penaklukan, melainkan pembebasan menuju kepada iman dan
Islam.
Beliau merupakan seseorang yang sangat ahli dalam berperang
dan pandai berkuda. Ada yang mengatakan bahwa sebagian hidupnya dihabiskan di
atas kudanya.
Yang lebih menarik, meski beliau punya kedudukan tertinggi
dalam struktur pemerintahan, namun karena keahlian beliau dalam ilmu strategi
perang, hampir seluruh perjalanan jihad tentaranya ia pimpin secara langsung.
Bahkan ia tetap berangkat berjihad kendati sedang menderita suatu penyakit.
Tata Negara dan Administrasi
Selain
sebagai ahli perang dan punya peran besar dalam hal perluasan wilayah Islam,
beliau juga ahli di bidang penataan negara, baik secara pisik maupun dalam
birokrasi dan hukum. Kehebatan beliau dalam menata negerinya menjadi negeri
yang sangat maju diakui oleh banyak ilmuwan. Bahkan secara serius belaiu banyak
melakukan perbaikan dalam hal perekonomian, pendidikan dan lain-lain.
Beliau juga merupakan orang pertama yang memperkenalkan
istilah Politik dalam Bahasa Arab (Siyasah).
Dalam kepemimpinannya, Istambul dalam waktu singkat sudah
menjadi pusat pemerintahan yang sangat indah dan maju di samping sebagai bandar
ekonomi yang sukses.
Beliau juga dikenal sebagai pakar dalam bidang ketentaraan,
sains, matematika. Beliau memenguasai 6 bahasa sejak berumur 21 tahun. Seorang
pemimpin yang hebat namun tawadhu’.
Mendidik Tentara Satu hal yang jarang diingat orang adalah
proses pembentukan pasukan yang sangat profesional. Pembibitan dilakukan sejak
calon prajurit masih kecil. Ada team khusus yang disebarkan ke seluruh wilayah
Turki dan sekitarnya seperti Balkan dan Eropa Timur untuk mencari anak-anak
yang paling pandai IQ-nya, paling rajin ibadahnya dan paling kuat pisiknya.
Lalu ditawarka kepada kedua orang tuanya sebuah kontrak jangka panjang untuk
ikut dalam tarbiyah (pembinaan) sejak dini.
Bila kontrak ini ditandatangani dan anaknya memang berminat,
maka seluruh kebutuhan hidupnya langsung ditanggung negara. Anak itu kemudian
mulai mendapat bimbingan agama, ilmu pengetahuan dan militer sejak kecil.
Mereka sejak awal sudah dipilih dan diseleksi serta dipersiapkan.
Maka tidak heran kalau tentara Muhammad Al-Fatih adalah
tentara yang paling rajin shalat, bukan hanya 5 waktu, tetapi juga
shalat-shalat sunnah. Sementara dari sisi kecerdasan, mereka memang sudah
memilikinya sejak lahir, sehingga penambahan ilmu dan sains menjadi perkara
mudah.
Konstantinopel Menjadi Istanbul
Setelah ditaklukan nama Konstatinopel diubah menjadi
Islambul yang berarti “Kota Islam”, tapi kemudian penyebutan ini bergeser
menjadi Istambul seperti yang biasa kita dengar sekarang.
Sejak
saat itu ibu kota khilafah Bani Utstmani beralih ke kota ini dan menjadi pusat
peradaban Islam dan dunia selama beberapa abad. Sebab kota ini kemudian
dibangun dengan segala bentuk keindahannya, percampuran antara seni Eropa Timur
dan Arab.
Gereja dan tempat ibadah non muslim
dibiarkan tetap berdiri, tidak diutak-atik sedikit pun. Sementara khalifah
membangun gedung dengan arsitektur yang tidak kalah cantiknya dengan
gedung-gedung sebelumnya. Sepintas kalau kita lihat gedung peninggalan peradaban
masehi sama saja dengan bangunan masjid. Tetapi ternyata tetap ada perbedaan
mendasar. Selain masalah salib yang menjadi ciri gereja, bangunan dari
peradaban Islam punya dominasi lingkaran dan setengah lingkaran.
Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan
bayak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik strategi
peperangannya yang dikatakan mendahului zamannya.
Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi
Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa
Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al-Fatih
telah dibangun di sebelah makamnya.
Dikutip
dari:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mehmed_II